WUCHANG: Fallen Feathers – Soulslike Bergaya Tiongkok yang Bikin Deg-degan
Di tengah gelombang besar kebangkitan industri game Asia Timur, terutama Korea Selatan dan Tiongkok, kita disuguhi banyak karya menarik. Nama-nama seperti Lies of P, Stellar Blade, hingga Black Myth: Wukong makin sering diperbincangkan karena berhasil menembus pasar internasional dengan kualitas yang tak kalah dari produk Jepang atau Barat. Di antara daftar game tersebut, ada satu judul baru yang muncul dan langsung menyita perhatian: WUCHANG: Fallen Feathers.
Dikembangkan oleh studio pendatang baru asal Chengdu, Tiongkok, bernama Leenzee Games, WUCHANG adalah sebuah soulslike action RPG yang menggabungkan formula klasik dari Dark Souls dengan latar budaya dan mitologi khas Tiongkok. Sebuah usaha berani dari studio baru yang ingin membuktikan bahwa Tiongkok juga bisa menghadirkan game dengan kedalaman naratif dan tantangan gameplay kelas berat.
Tapi, apakah WUCHANG sekadar meniru sukses Soulsborne, atau justru membawa sesuatu yang segar ke genre ini? Mari kita bahas lebih dalam.
Sebuah Dunia yang Tercabik Peperangan dan Misteri
WUCHANG: Fallen Feathers membawa kita ke masa-masa terakhir Dinasti Ming, saat kekacauan dan pemberontakan melanda berbagai penjuru negeri. Dalam kondisi sosial-politik yang hancur lebur, muncul sebuah fenomena aneh bernama Feathering, yang perlahan-lahan mengubah manusia, hewan, bahkan alam menjadi makhluk buas dan menakutkan.
Di tengah kekacauan ini, kita memainkan tokoh utama bernama Bai Wuchang, seorang bajak laut wanita yang terbangun tanpa ingatan. Tubuhnya terinfeksi efek Feathering, namun entah mengapa tidak berubah sepenuhnya menjadi monster. Inilah titik awal perjalanan Wuchang: mencari jawaban atas misteri dirinya, menyusuri wilayah Shu yang terdistorsi, dan menghadapi kekuatan jahat yang tersembunyi di balik fenomena Feathering.
Cerita dalam game ini tidak disampaikan secara eksplisit seperti RPG naratif pada umumnya. Layaknya Dark Souls, kita harus menyusun sendiri potongan-potongan informasi yang tersebar melalui dialog, catatan, dan penemuan item. Ini memberikan rasa penasaran yang terus mendorong pemain untuk menggali lebih dalam.
Gameplay: Soulslike yang Familiar, Tapi dengan Sentuhan Khas
Bagi penggemar Soulsborne, banyak elemen di WUCHANG yang akan terasa akrab. Kamera pihak ketiga, pertempuran berat dan tak kenal ampun, checkpoint yang minim, serta reward besar bagi mereka yang mau mengambil risiko dan bertahan. Tapi Leenzee tidak hanya sekadar meniru.
Hal pertama yang menarik adalah ketiadaan tombol lompat. Ini mungkin terasa aneh untuk game modern, tapi justru mengembalikan nuansa Dark Souls generasi pertama, di mana positioning, timing, dan strategi menghindar jadi kunci utama dalam bertahan hidup. Tidak ada jalan pintas dalam pertarungan WUCHANG — setiap langkah harus dihitung.
Senjata utama Wuchang terdiri dari berbagai jenis, dari pedang, kapak, hingga tombak, masing-masing dengan gaya bertarung dan kombo unik. Setiap senjata dapat dipelajari lebih dalam melalui sistem skill tree bernama Impetus Repository. Untuk membuka skill, kita harus mengumpulkan “Red Mercury” — versi EXP dalam game ini — yang juga digunakan untuk naik level dan meningkatkan atribut seperti HP, stamina, dan jumlah botol healing bernama Manna Vase.
Yang menarik, Anda bisa mereset skill tree kapan saja, dengan konsekuensi mengorbankan sedikit HP atau stamina maksimum. Fitur ini membuka fleksibilitas besar dalam membentuk build karakter, dan mendorong pemain bereksperimen dengan gaya bertarung yang berbeda.
Eksplorasi yang Menggoda dan Menantang
Salah satu kekuatan terbesar WUCHANG adalah desain dunia yang saling terhubung dan mendorong eksplorasi. Mulai dari hutan bambu yang sunyi, desa-desa terbengkalai, gua-gua beracun, hingga puncak gunung bersalju — semuanya dihadirkan dengan detail visual yang indah dan atmosfer yang mendalam.
Mirip dengan pendekatan Metroidvania, setiap area menyimpan rahasia, shortcut, hingga item kuat yang sering tersembunyi di balik musuh tangguh. Perasaan menemukan jalan pintas atau shrine checkpoint baru setelah menjelajah area sulit benar-benar memuaskan, mengingatkan kembali pada sensasi pertama kali memainkan Dark Souls.
Dan ya, shrine berfungsi sebagai checkpoint, tempat upgrade skill, dan refill botol healing, tapi jumlahnya tidak banyak dan jaraknya cukup berjauhan — yang membuat strategi dan manajemen resource sangat penting.
Sistem Pertarungan: Gesit, Brutal, dan Penuh Variasi
Sistem pertarungan WUCHANG terasa lebih mendekati Bloodborne daripada Dark Souls. Tidak ada shield untuk menahan serangan, dan game ini mendorong pemain untuk bermain lebih agresif. Gerakan Wuchang sangat gesit, memungkinkan pemain menghindar, menyerang cepat, lalu mundur dengan elegan — selama timing-nya tepat.
Di luar senjata melee, game ini memperkenalkan elemen sihir yang unik bernama Skyborn Might. Tidak menggunakan MP, sistem ini mengandalkan bulu-bulu di lengan kiri Wuchang sebagai indikator jumlah spell yang bisa digunakan. Spell bisa diperoleh dari eksplorasi atau setelah mengalahkan boss, dan memiliki efek serta elemen berbeda — mulai dari api, es, hingga ledakan area.
Namun, spell tidak bisa digunakan sembarangan. Harus diisi terlebih dulu, dan penggunaannya tidak sepraktis Soulslike lainnya. Ini membuat spell lebih cocok sebagai tambahan, bukan alat utama dalam bertarung.
Inner Demon: Fitur Psikologis yang Tambah Tantangan
Fitur unik lainnya adalah Inner Demon. Saat Wuchang membunuh musuh manusia atau mati, tingkat Madness akan meningkat. Di atas 90%, Wuchang menjadi lebih kuat, tapi juga lebih rapuh. Jika mati dalam kondisi ini, maka akan muncul iblis di lokasi terakhir Anda mati, membuat proses pengambilan Red Mercury yang hilang menjadi jauh lebih sulit.
Sistem ini menambahkan layer psikologis pada permainan. Anda harus pintar-pintar mengatur strategi, kapan bermain aman, kapan mengambil risiko, dan kapan waktu terbaik untuk menurunkan Madness — yang hanya bisa dilakukan dengan membunuh musuh terkena Feathering.
Presentasi: Perpaduan Visual Tradisional dan Horor Modern
Dari sisi visual, WUCHANG tampil memukau. Desain dunia dan karakter sangat menggambarkan nuansa Tiongkok klasik dengan sentuhan kelam ala fantasi horor. Area terasa hidup, menyeramkan, dan memikat dalam waktu yang sama. Desain boss juga terinspirasi dari mitologi Tiongkok, menambah cita rasa lokal yang kuat.
Namun dari sisi teknis, masih ada kekurangan. Beberapa area mengalami framerate drop saat efek terlalu banyak muncul di layar, terutama saat bertarung. Efek status negatif dari musuh juga terlalu cepat menguras HP, membuat penggunaan item jadi sangat sering. Untungnya, semua ini bisa diatasi dengan peralatan yang meningkatkan resistance, walau harus mengorbankan pertahanan fisik.
Audio dan Atmosfer: Mendalam, Tapi Kurang Menggugah
Musik latar saat eksplorasi terdengar lembut dan sesuai tema, menggunakan alat musik tradisional Tiongkok. Suara para NPC, musuh, dan boss dibuat dengan aksen dan dialog khas yang mengingatkan kita pada film silat. Namun sayangnya, soundtrack pertarungan boss kurang bombastis. Tidak seperti Elden Ring atau Sekiro yang membuat setiap boss terasa seperti momen epik, di sini terasa kurang menggigit.
Nilai Ulang dan Kesimpulan
WUCHANG: Fallen Feathers bukan hanya sebuah imitasi. Game ini membawa sesuatu yang segar ke genre soulslike, terutama dengan atmosfer budaya Tiongkok yang kental, sistem Madness yang menantang, dan pendekatan bertarung yang cepat dan agresif. Dengan beberapa ending berbeda dan pilihan senjata serta spell yang variatif, game ini menawarkan nilai replay yang solid.
Sebagai debut dari studio Leenzee Games, WUCHANG adalah pencapaian luar biasa. Tentu masih ada ruang untuk perbaikan, terutama dari sisi teknis dan balancing boss, tapi sebagai proyek pertama, ini adalah pondasi kuat untuk sesuatu yang lebih besar.
Jika kamu penggemar berat Soulslike dan ingin merasakan suasana baru di luar kastil-kastil gothic atau desa Jepang kuno, WUCHANG: Fallen Feathers adalah pilihan wajib. Siapkan jari, nyalakan insting bertahan hidupmu, dan selami dunia gelap yang indah ini.
Rating Akhir: 8.5 / 10
+ Nilai Plus:
- Karakter utama perempuan yang kuat dan menarik
- Dunia dan mitologi Tiongkok yang kaya
- Pertarungan cepat dan penuh variasi
- Sistem Madness yang unik
- Visual yang indah dan atmosfer yang memikat
- Beberapa area mengalami penurunan performa
- Balancing boss perlu ditingkatkan
- Musik boss kurang menggugah
- Efek status terlalu cepat berpengaruh
No comments